PENDAHULUAN
Dalam
kegiatan pendidikan dewasa ini banyak persoalan yang harus di kaji oleh seorang
guru untuk mengetahui kendala yang sering dihapi oleh banyak guru untuk
memotivasi dan meningkatkan hasil belajar siswanya.
Diantara
syarat profesionalisme guru adalah dapat membuat suatu karya tulis ilmiah, dan
karya tulis ilmiah yang paling sesuai dengan profesi guru salah satunya adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK menjadi begitu penting bagi guru karena
diangkat dari permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran baik mengenai
minat siswa,prestasi belajar siswa, metode guru mengajar,ketersediaan sarana
prasarana penunjang pembelajaran maupun media pembelajaran yang digunakan oleh
seorang guru.
Dalam konteks
ini tuntutan untuk menjadi salah syarat dalam menempuh mata kuliah PTK
khususnya program profesi guru di tuntut untuk menysun proposal penelitian
tindakan kelas oleh karena itu, untuk dapat menyusun proposal penelitian kita
harus menggunakan strategi analisis jurnal atau artikel tentang penelitian
tindakan kelas terlebih dahulu, supaya kita dapat mengetahui persoalan dan cara
untuk menghadapi nantinya.
Salah
satu tujuan utama dilaksanakannya PTK
oleh seorang guru adalah untuk mencari
solusi dalam pembelajaran sehingga dapat memotivasi siswa dalam belajar,
meningkatkan prestasi belajar siswa, meningkatkan ketrampilan, kreativitas dan
profesionalisme guru dalam mengemabangkan pelajaran.
Beberapa hal sangat penting
tentang PTK ialah bahwa PTK sebaiknya dilaksanakan secara kolaboratif tetapi tidak mesti harus kolaboratif ,PTK tidak mesti
dilaksanakan dalam suatu ruangan tertutup tetapi bisa dilaksanakan diluar ruangan .
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) adalah salah satu mata kuliah yang harus ditempuh oleh mahasiswa
program profesi guru (PPG) melalui jalur pendidikan pada workshop ini.
Dalam
kegiatan workshop PTK ini hal–hal yang dipelajari adalah teori–teori dasar
tentang PTK dan bagian–bagian dari PTK mulai dari judul, latar belakang masalah
sampai pada analisis data.
Pada
workshop ini mahasiswa dilatih membuat proposal PTK, membuat jurnal kuliah yang
direncanakan selama 16 kali pertemuan
dan membuiat analisis kritis artikel. Artikel yang dianalisis berjumlah
6,diantaranya 5 dalam bahasa Indonesia dan satu dalam bahasa inggris. Secara
ringkas dapat digambarkan jalannya workshop ini sebagai berikut: Pertemuan
pertama diawali dengan pengisian angket yang di bagikan oleh ibu Hera,
pertemuan–pertemuan selanjutnya dibahas mengenai bagian–bagian dari PTK yang diakhiri dengan membuat jurnal,
tugas membuat sub bab PTK yang
dibahas hari itu dan analisis kritis
artikel. dan pada minggu–minggu akhir kuliah mahasiswa ditugaskan membuat portofolio PTK.
Portofolio adalah kumpulan bukti fisik yang menggambarkan pengalaman
hasil karya/prestasi yang dicapai
selama mengikuti workshop PTK untuk mahasiswa program profesi guru
dalam interval waktu
selama 16 kali pertemuan.
JURNAL BELAJAR
Oleh
Ferdinandus Nawa
1.
Pertemuan
Pertama (Tanggal 18 Januari 2012)
Pada workshop PTK ini kami di bina oleh ibu Herawati.
awal mualinya mata workshop ini kami di bagi angket oleh ibu Herawati untukdi
isi yang dilegkapi dengan pengisian biodata. Setelah selasai ibu Herawati
memberikan pertanyaan “ apakah kalian di paksa menjadi seorang guru?” banyak
yang menjawab dipaksa, tetapi ibu memberikan suatu istilah yaitu 5 sa
diantarnya dipaksa, terpaksa, bias, terbiasa, dan luar biasa.
Selanjutnya ibu menyangkan power point yang berkaitan
dengan teori-teori PTK. Jujur saya sendiri agak capeh dan lelah, karena mengalami
gangguan tidur malam, tetapi ibu Hera memang sangat pintar membaca situasi
denagn menunjukan beberapai video dan cerita yang lucu sehingga rasa capeh yang
saya rasakan hilang sektika.
Diakhir perkulian ibu memberikan kami tugas untuk
mebuat analisis kritis artikel yang berkaitan degan PTK.
2.
Pertemuan Kedua
(Tanggal 25 Januari 2012)
Pertmuan kedua kami diminta oleh ibu hera untuk
membaca jurnal, jujur pada pertemuan kedua saya belum menyusun jurnal, tetapi ada teman kami Yohana yang membacakan
jurnalnya.
Dilanjutkan degan presentasi analisis artikel oleh dua
orang teman kami yaitu Jamilah dan Lisdyawti. Judul artikel yang ditampilkan
oleh Jamilah tentang upaya peningkatan hasil belajar biologi melalui
pembelajaran kooperatif dengan pendektan sruktural dikelas I7 SLTP
Negeri 20- Pekan Baru
Di dalamnya membahas tentang interaksi antara siswa
dan guru, dan solusinya menggunakan metode kooperatif TPS (Think Pair Share) dimana TPS ini
menjadikn kondisi kelas lebih efektif, karena siswa diajak berpikir menjawab
pertanyaan dan mempresentasikan.
Dilanjutkan dengan presentasi dari Lisdyawati tentang
pendekatan joyfull learning dalam pembelajaran lingkungan hidup. Hal yang dapat
diambil pendekatan ini yaitu kebermaknaan, penguatan, dan umpan balik.
3.
Pertemuan Ke
Tiga
Pada awal pelajran diawai dengan jurnal dari ibu yang
ditayang melalui PTT dalam jurnal yng dibuat ibu mengkomentari juga tentang
masalah yang di susun oleh kami, karena kami masih menyusun masalh yang masih
umum.
Selanjutanya ibu menjelaskan lagi bahwa masalah PTK
bukan untuk seorang induvidu siswa tetapi seluruh siswa yang ada dalam kelas.
Dilanjutkan dengan presentasi dari Nurziah tentang
penerapan pertanyaaan produktif dalam pembelajran biologi untuk mengikatkan
kemampuan ilmiah dan pemahaman konsep siswa di SMA.
Setalah itu ibu mengkomentari analis artikel oleh
Nurziah. Dan dilanjutkan dengan presentasi dari Yohana tentang pembelajaran
ekosistem di taman sekolah untuk menanamkan relevansi biologi melalui
pembentukan kelompok sindikat dan studi kasus SMA I Sumenap
Hal yang bisa diambil dari analisis ini adalah
pembentuk kelompok di pilih sendiri oleh siswanya yang dianggap ammpu berkerja
sama.
4.
Pertemuan Ke
Empat (Tanggal 08 Februari 2012)
Pada pertemuan ini kami mereview kembali latar
belakang masalah yang sudah dikerjakn sebelumnya. Setelah itu dilanjutkan
kembali dengan presentasi analisis artikel oleh Marseliana dan Imran dari has
ail presentasi kedua teman kami ini belum menunjukan data penunjang dari hasil
penggunaan meteode tersebut.
Selanjutnya kami diminta untuk mengkoreksi pekerjaan
teman dan meberikan masukan bagi teman tentang penulis latar belakangnya.
5.
Pertemuan Ke
Lima (Tanggal 15 Februari 2012)
Pertemuan kali ini ibu Hera tida masuk, kami di
bombing oleh mbah Komang. Hari ini saya sendiri yang mempresentasikan hasil
analisis artikel “ tentang peningkatan hasil belajar biologi siswa dengan
mengunakan pendekatan interaktif pada konsep system pernapasan manusia”
Kemudian dilanjutkan dengan presentasi dari Fransina
tentang pertanyaan produktif, artikel yag dianalisis oleh fransina sama dengan
artikel yang di analisis oleh Nurziah.
Setelah itu dilanjutkan dengan penjelasan dari mbah
Komang tenatng penulisan kajian pustaka.
Dan diakhir perkulian kami di minta untuk menggumpulkan tugas analisis
kritis artikel. Tetapi banyak diantara kami yang belum kumpul termasuk saya
sendiri.
6.
Petemuan ke enam
(Rabu, 29 Februari 2012)
Pelajaran hari ini diawali cerita plagiat para guru
besar oleh prof Hera. Pengalaman prof bahwa penyakit yang dideteksi baik di
mahasiswa S1 maupun S2 sama yaitu plagiat.
Kesalahan-kesalahan yang seringkali dilakukan ketika
menyusun suatu makalah atau karya imiah dan lain-lain yaitu kesalahan pengetikan yang tidak sempat diperbaiki
sebelum diprint baik itu tanda baca maupun awalan ‘di’ sebagai awalan pasif,
selain itu juga pengetikan kata-kata baku (diperhatikan penulisannya pada
KBBI), nama orang, tempat,hari, bulan dll yang awalnya harus menggunakan huruf
besar.
Prinsip penulisan outline yaitu prinsip persamaan
nilai sebagai gagasan dg derajat nilai. Notasi outline: angka romawi huruf
besar latin, angka arab, huruf kecil latin, dan seterusnya. contoh penulisan I.
A. 1. A. 1) a) (1)
Proses penyusunan outline tidak selamanya llangsung
jadi. Disusun secara berkesinambungan dalam beberapa waktu.
Selanjutnya diadakan presentasi analisis kritis oleh
mahasiswa, dan orang peretama yang mempresentasikan adalah teman florentina
renge mengenai metode NHT (Numbered-Head-Together) dengan Judul: Meningkatkan
Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas 1 SMP Negeri 1 Danau Panggang Melalui Kuis
Numbered-Head-Together. Numbered head together adalah pendekatan yang
dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran. Ada 4 langkah yang diterapkan dalam metode NHT,
yaitu: penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama dan menjawab..
Presentasi berikutnya oleh saudara Edmundus Bria Baba
dengan judul Penerapan Pengajaran Kontekstual Berbasis Masalah Untuk
Meningkatkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X2 SMA Laboratorium
Singaraja. dimana siswa dihadapkan pada masalah yang nyata dalam kehidupan yang
nantinya akan dipecahkan oleh siswa sendiri.
Selanjutnya tambahan bu Hera mengenai refleksi diri,
dan kami diberitahu bahwa banyak kesalahan yang kami buat dalam pembelajaran
ini terkait tugas-tugas sehingga perlu diperhatikan gterkait penulisan daftar
pustaka dimana perlu ada uraian hasil penelitian terkait bagaimana mpeneliti
melakukan pengukuran tindakan maupun aspek penelitian.
7.
Pertemuan Ke
Tujuh (Tanggal 7 Maret 2012)
Hari ini di awal perkuliahan, ibu mengingatkan kami
tentang kehadiran, karena sudah ada surat edaran tentang kehadiran peserta
workshop. Ibu membacakan nama-nama yang tidak masuk termasuk saya sudah 2 kali
tidak masuk kuliah. Ibu juga menasihati kami, tentang kedispilnan, yang menurut
ibu masih sangat rendah.
Perkuliahan dilanjutkan dengan presentasi analisis
kritis yang dilakukan oleh Cornelis dengan judul “upaya peningkatan akivitas
dan hasil belajar biologi melalui peta konsep pada siswa kelas II4 smp negeri 2
Pekan Baru.”
Dari presentasi Cornelis ibu juga member masukan
yaitu:
Dalam penggunaan peta konsep, sebaiknya disusun oleh
siswa, sehingga siswa dapat membangun konsepnya sendiri. Guru hanya meluruskan
konsep yang salah. Dengan menerapkan pembelajaran yang seperti ini maka siswa
dapat lebih memahami materi yang di bahas.
Presentasi berikutnya di lanjutkan oleh Imran yang
sudah presentasi, hal terjadi Setelah selesai presentasi Ibu mengingatkan bahwa
dalam penulisan proposal PTK, sebaiknya memakai analisis kritis yang telah di
presentasikan. Karena artikel yang sudah dianalisis telah mendapat masukan dari
teman2 dan ibu.
Setalah itu ibu juga memberikan tugas. Tugas dari ibu
terasa sangat banyak, yaitu mrngumpulkan jurnal belajar, latar belakang dan
kajian pustaka yang dilengkapi dengan analisis kritis
8.
Pertemuan
Ke Sepuluh (Rabu, 28 Maret 2012)
Pertemuan kali ini kami kembali lagi bersama bu Hera.
Kami pun melakukan Tanya jawab dikelas terkait hal
terkait hal untuk membuat proposal PTK maka kami harus melakukan analisis kritis
artikel terkait PTK.
Ibu Hera mengingatkan lagi mengenai manfaat siswa
melakukan analisis kritis artikel yaitu untuk mendapat informasi mengenai
masalah PTK, cara memecahkan masalah PTK, menerapkan tindakan untuk memecahkan
masalah, menyusun kerangka kajian pustaka.
Selanjutnya ibu memberhtahunkan untuk menggumpulkan
analisi artikel, tetapi anak-anak belum pada kumpul semua akhirnya terjadi
tawar menwar dengan ibu tuk buat jurnal yang hasil akhirnya 5 bahasa Indonesia
dan 1 bahasa inggris.
Kemudian ibu meminta untuk menggumpulkan jurnal,
tetapi sebelumnya ibu bertanya siapa yang mengalmi kesulitan membut jurnal
orang pertama yang merasa kesulitan adalah saya dengan teman saya Sayful. Kelemahan
kami tidak bisa menuliskan apa yang kami pikir untuk dituangkan kedalam buku.
Kemmudian ibu memberikan tips untuk bisa mencoba menulis jurnal yaitu “Extending
KWL Questions for Guided Inquiry inilah resep untuk menulis jurnal harian yang
diberikan oleh bu Hera untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh
mahasiswa”
What do I know?(K). apa yang saya ketahui tentang TPS
misalnya?
What do I want to know?(W) apa yang ingin saya
ketahui? TPS itu cocokx untuk belajarkan materi yang mana? Apakah bisa
menggunakan 3 orang?
How do I find out?(F) Bagaimana saya cari tahu? Apa
yang hendak saya ketahui
What did I learn? (L) apa yang saya pelajari?
How do I used what I learned? (U) bagaimana saya
menggunakan apa yang saya ketahui?
What will I do next time?(N) apa yang akan saya
lakukan lain kali?
KWHLUN
Fungsi journal belajar yaitu:






9.
Pertemua Ke 12
(Rabu, 04 April 2012)
Diawali dengan presentasi
analisis oleh Wihelmina Yustina Gae
dengan judul:
Penerapan Strategi
Pembelajaran TGT
Pertanyaan:
v Maria Anggelina: Game seperti apa? Gamenya
berbeda-beda untuk tiap kelompok?
v Ermelinda: apakah pembelajaran TGT sama dengan game and
stimulation? Berbeda. Game stimulation
kita meniru keadaan yang sebenarnya, TGT itu selayaknya kita bermain akademik,
artinya permainan disesuaikan dengen materi yang sedang di pelajari.
v Permainan akademiknya seperti apa?
v Yohana: presentasi kelas yang dimaksudkan itu seperti
apa? Presentasi kelas disini dilakukan oleh guru ketika berceramah di awal
kegiatan pembelajaran.
v Florentina: ceramahdari guru sama dengan presentasi
kelas? Berdasarkan sumber yang dibaca seperti ini karena awal dari model ini
adalah ceramah dari guru.ceramah ini yang dianggap sebagai presentasi kelas
v Apolonia: planning: membuat jadwal penelitian, butir
soal kognitif, LKS, acting:, observing: dan refleksi:
Tambahan dari Ibu Hera:
Menurut pendapat dari ibu
Hera ini tidak gampang karena murid bandel-bandel sehingga kita harus
memperhatikan pengelolaan kelas, ada aturan permainan, masukan dari teman2
sangat bagus2.
Selanjutnya presentasi kedua
oleh Leonora londar. Judulp yang dipresentasikan adalah PBM
v Bagaimana prosesnya: siswa dihadapkan pada masalah
(guru memberi topik), masalahnya belum jelas, melalui diskusi siswa menemukan
konsep penyelesaian masalah melaui metode yang cocok, kemudian PBM: Dimulai
dari masalah, inkuiri dimulai dari apa yang ingin diketahui. Dan mencari tahu
apa yang ingin saya ketahui, setelah itu mencari tahu lebih dalam dari materi
yang sudah diketahui jadi otak terus menerus bekerja.
Presentasi ketiga oleh Maria
Anggelina Genere Koban dengan judul “penerapan pendekatan structural Think-Pair
Share untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa kelas1.7 SLTPN 20 Pekanbaru pada pokok
bahasan keanekaragaman hewan TA 2002/2003.”
Kekurangan dan kelebihan:
v Pertemuan ketiga baru siswa bias berahasil diaktifkan.
Keunggulan TPS: siswa akan terpaksa bekerja, memikirkan, karena hanya 2 orang.
v Perlu ada data pendukung tentang masalah-masalah
misalnya nilai dan lain sebagainya. Guru harus tanggap dengan keadaan siswa
REFLEKSI TENTANG JURNAL
Oleh
Ferdinandus Nawa
Sebelum
saya mengulas lebih banyak tentang penulisan jurnal ini, hal yang sangat
membuat susah adalah menuliskan jurnal, KENAPA? Karena untuk menulis jurnal
saya harus memcobanya terus-terus dan sangat susah untuk saya menuangkan apa
yang ada dalam pikiran saya kedalam sebuah tulisan ini. Sebelumnya saya minta
maaaf karena jurnal yang saya tulis hanya sebagian saja karena ada beberap
pertemuan tidak saya tulis.
Saya
merasa jurnal kuliah sangat bermanfaat
karena dalam jurnal yang dibuat memuat beberapa hal antara lain
sebagai laporan singkat tentang
pelaksanaan pembelajaran sekaligus sebagai
ringkasan materi kuliah dan juga sebagai sarana refleksi diri.
Penulisan
jurnal kuliah sedikit demi sedikit
melatih saya untuk menulis apa yang saya
lakukan, apa yang saya lihat dan apa yang saya dengar selama perkuliahan
berlangsung dan ini merupakan pembelajaran berharga bagi saya karena sebenarnya
seorang guru dituntut untuk membuat jurnal belajar/mengajar yang selama ini
tidak saya lakukan karena keterbatasan
saya dalam memahami cara penulisan jurnal belajar. Penulisan jurnal kuliah ini
merupakan langkah awal untuk melatih saya dalam menulis hal–hal yang lebih
besar lagi seperti penulisan karya ilmiah khususnya PTK yang akan saya tempu
nantinya.
Saya
sangat berterimah kasi kepada ibu Hera yang sudah banyak memberikan informasi
dan solusi kepada saya tentang cara penulisan jurnal dengan mudah dan tidak
merasa berat untuk mengeluarkan apa yang ada di otak saya. Sekali lagi saya
ucapkan Terimah Kasih Banyak kepada Ibu Herawati.
ANALISIS KRITIS ARTIKEL I
PENINGKATAN
HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN INTERAKTIF PADA
KONSEP
SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA
Bilbiografi
Apriyani,Dwi.2008.
Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan
Interaktif Pada Konsep Sistem Pernapasan
Pada Manusia. skripsi tidak
diterbikan.www/// masalah_pendidikan_biologi/ com//0072//doc//.,
htlm. (diakses tgl 12 januari 2012)
Tujuan Penulisan
Untuk
menginformasikan kepada pembaca dan untuk mengetahui implementasi mengenai
Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Menggunakan Pendekatan
Interaktif pada Konsep Sistem Pernapasan pada Manusia
Fakta-Fakta
Unik
• Biologi
merupakan wahana untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, keterampilan sikap serta
bertanggung jawab kepada lingkungan.
• Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami
alam dan makhluk hidup secara sistematis sehingga pembelajaran biologi bukan
hanya penguasaan kumpulan-kumpulan fakta tetapi juga proses penemuan.
• Masalah-masalah
pembelajaran sains atau biologi diantaranya adalah: pengajaran sains hanya
mencurahkan pengetahuan (tidak berdasarkan praktek)
• Dalam
hal ini, fakta, konsep dan prinsip sains lebih banyak dicurahkan melalui
ceramah, tanya jawab, atau diskusi
tanpa didasarkan pada hasil kerja praktek.
• Menurut pandangan konstruktivisme belajar berarti
membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari
apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Bagi kaum konstruktivisme
mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid,
melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri
pengetahuannya
• Salah
satu pendekatan pembelajaran yang menitik beratkan kepada siswa dan siswa aktif
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar adalah pendekatan interaktif.
Pendekatan interaktif dikenal sebagai pertanyaan anak, memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan kemudian dilanjutkan dengan
penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan
• Salah
satu kebaikan dari pendekatan interaktif adalah bahwa peserta didik belajar
mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaannya
sendiri dengan melakukan observasi atau pengamatan.
• Model
pembelajaran interaktif adalah suatu pendekatan yang merujuk pada pandangan
konstruktivis yang menitik beratkan pada pertanyaan siswa sebagai ciri
sentralnya dengan cara mengali pertanyn-pertanyaan siswa
Pembahasan
Berdasarkan
hasil penerapan pembelajaran dengan metode pendekatan interaktif terlihat
meningkatnya hasil belajar
siswa pada aspek kognitif atau penguasaan konsep.
Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata postes hasil belajar
siswa
Selain meningkatkan hasil belajar pada penguasaan konsep,
pendekatan
interaktif juga meningkatkan hasil belajar pada aspek psikomotoris atau keterampilan proses sains
Hal
ini dikarenakan pada pendekatan interaktif banyak terjaring keterampilan proses
sains dalam kegiatan belajar mengajar, diantaranya pada aspek mengajukan
pertanyaan, menggunakan alat dan bahan dan menginterpretasi data.
Mengajukan
petanyaan dapat mengarahkan siswa untuk mendalami masalah atau tahap pemahaman
yang dimilik oleh siswa.
Pentingnya
peranan pertanyaan dalam proses pembelajaran sains salah satunya diungkapkan
oleh Costa dalam Suartini yang menyatakan bahwa,. Questions are the
intellectual tools by which teachers most often elicit the desired behavior of
their students. Thus, they can use questions to elicit certain cognitive
objectives of thinking skill.
Jadi,
menurut Costa pertanyaan merupakan alat intelektual yang sering
digunakan oleh guru untuk menimbulkan perilaku keingintahuan siswa
Menurut
Handselsman et. al., dalam Anggraeni mengajak siswa dalam investigasi
ilmiah akan membuat mereka menjadi termotivasi
dalam belajar, menurunkan beberapa keterampilan analisis, kemampuan menemukan informasi, meningkatkan semangat
ingin tahu, dan kemampuan bertanya.
Pembelajaran
yang melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran pengetahuan yang mereka dapat
bertahan lama dalam ingatan mereka, mempunyai efek transfer yang lebih baik dan
dapat meningkatkan daya nalar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Pertanyaan-Pertanyaan
Yang Dapat Dimunculkan
q Apakah
penggunaan pendekatan interaktif dalam pembelajaran dapat memberikan pemahaman
kepada siswa?
q Apakah
pendekatan interaktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
Konsep
Utama
Terdapat
beberapa hal yang menjadi konsep utama
dalam tulisan ini yaitu:
q Konsep
tentang pendekatan pembelajaran
interaktif.
q Hasil
belajar yang diukur adalah aspek kognitif, afekif dan aspek psikomotorik dalam pembelajaran
interaktif.
Refleksi
Dengan membaca
dan memahami isi dari tulisan ini, saya memperoleh pengetahuan tambahan tentang
konsep pendekatan pembelajaran interaktif.
Dimana dalam
konteks pembelajaran interaktif lebih menekan pada pembelajaran berbasis inkuri
yang menitik beratkan pada siswa dengan mengajukan pertanyaan dan diminta siswa
sendiri yang menjawab, dan juga diharapkan siswa dapat memecahkan masalah.
Dengan demikian
apa yang saya peroleh dari tulisan ini akan menjadi bekal untuk saya pada saat
terjun kedunia nyata di sekolah nantinya.
Lanjutan
Refleksi
Kajian Pustaka
yang akan ditulis dijabarkan menjadi beberapa hal, diantaranya menyangkut:
1.
Hakikat Belajar
2.
Hakikat Hasil Belajar
3.
Konstruktivisme
4.
KeterampilanProsesSains
REFLEKSI ANALISIS ARTIKEL I
Dalam
analisis artikel ini sangat bermamfat untuk saya dalam menyusun proposal
penelitian. Karena dengan mengalisi kritis artikel ini saya banyakmendapat
informasi mengenai pendekatan interaktif dengan langkah-langkah dalam
pendekatan interaktif, sehingga saya tinggal mengkombinasikan dengan metode
kooperatif yang cocok dengan pendekatan ini.
Penelitian
ini hampir sama dengan judul proposal
PTK saya yaitu “Peningkatan Proses dan
Hasil Belajar Biologi Menggunakan Pendekatan Interativ melalui Model Pembelajaran Think-Pair-Share
pada
Peserta Didik Kelas X SMA sehingga kajian pustaka, hipotesis penelitian besarta
instrumen – instrumennya bisa saya jadikan acuan dalam menyusun instrumen–instrumen
penelitian saya, begitu pula tehnik
analisa data dan pengujian hipotesisnya
ANALISIS KRITIS ARTIKEL II
PENGARUH
PENERAPAN MODEL PBL DIPANDU STRATEGI KOOPERATIF TERHADAP KECAKAPAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN
BIOLOGI
BIBLIOGRAFI
q Putu
Arnyana, Ida Bagus . 2008. Pengaruh penerapan model PBL dipandu startegi
kooperatif terhadap kecakapan berpikir kritis siswa SMA pada pelajaran mata
pelajaran biologi”. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan . www///
msalah pendidikan _biologi/
com//0072//doc//., htlm.
TUJUAN PENULISNYA
q Untuk
menginformasikan kepada pembaca tentang ‘” Pengaruh penerapan model PBL
dipandu startegi kooperatif terhadap kecakapan berpikir kritis siswa SMA
pada mata pelajaran biologi”
FAKTA-FAKTA
UNIK
q Pengajaran
biologi di SMA juga dimaksudkan untuk pembentukan sikap yang positif terhadap
biologi, yaitu merasa tertarik untuk mempelajari biologi lebih lanjut karena
merasakan keindahan dalam keteraturan prilaku alam serta kemampuan ilmu biologi
dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penerapan biologi dalam teknologi
(Puskur Balitbang Depdiknas, 2002)..
q Kemampuan
berpikir yang diperlukan setiap orang adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Johnson (2002); Krulik and Rudnick (1996) menyebutkan bahwa berpikir tingkat
tinggi terdiri dari berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis
adalah aktivitas mental dalam hal memecahkan masalah, mengambil keputusan,
menganalisis asumsi, mengevaluasi, memberi rasional, dan melakukan
penyelidikan. Sedangkan berpikir kreatif adalah aktivitas mental yang
menghasilkan ide-ide yang orisinil, berdaya cipta, dan mampu menerapkan ide-ide
q Ennis
(1985; 1993) dan Marzano, et al. (1988) mengemukakan bahwa berpikir
kritis mencakup kemampuan: (1) merumuskan masalah, (2) memberikan argumen, (3)
mengemukakan pertanyaan dan memberikan jawaban, (4) menentukan sumber
informasi, (5) melakukan deduksi, (6) melakukan induksi, (7) melakukan
evaluasi, (8) memberikan definisi, (9) mengambil keputusan serta melaksanakan,
dan (10) berkomunikas
q Untuk
mengajarkan kecakapan berpikir kritis di SMA khususnya dalam mata pelajaran
biologi sangat perlu di cari model maupun strategi pembelajaran yang sesuai
untuk itu. Model Belajar Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning/PBL)
dan Strategi Kooperatif (Cooperative Learning) tampaknya dapat
diterapkan dalam pembelajaran biologi untuk mencapai tujuan belajar biologi dan
melatih kecakapan berpikir kritis siswa.
q Model
Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang
dirancang berdasarkan masalah riil kehidupan yang bersifat tidak terstuktur (ill-structured),
terbuka, dan mendua. Melalui model PBL siswa dirangsang untuk melakukan
penyelidikan atau inkuiri dalam menemukan solusi-solusi terhadap masalah yang
dihadapinya (Ibrahim dan Nur, 2000).
q Model
PBL memiliki ciri siswa bekerja sama antara satu dengan lainnya dalam bentuk
berpasangan atau berkelompok untuk bersama-sama memecahkan masalah yang
dihadapi. Dalam belajar berkelompok, siswa akan termotivasi secara
berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan berpeluang untuk
berdialog dalam mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
Model PBL sangat baik dipasangkan dengan
startegi kooperatif. Hal ini mendukung
Hereid (2000); Gilbert and Driscooll (2002); Rindell (1999) mengemukakan
bahwa PBL sangat penting dipasangkan dengan strategi pembelajaran kooperatif
karena dapat memacu kecepatan peningkatan kemampuan berpikir siswa.
q Dumas
(2003) mengemukakan pembelajaran kooperatif memberikan jalan bagi semua anggota
kelompok untuk meningkatkan kecakapan berpikir tingkat tinggi, seperti
kecakapan analistis, sintesis, elaborasi, memecahkan masalah, berpikir
alternatif, dan kecakapan berbahas
PEMBAHASAN
q Data
hasil penelitian berupa skor kemampuan berpikir kritis diperoleh melalui prates
dan pascates. Skor yang diperoleh siswa pada setiap tes antara 0-80 atau dengan prosentase 0%-100%
q Hasil
anaisis statistik sejalan dengan analisis secara deskriptif, bahwa (1) model
PBL memberikan pengaruh lebih baik dalam meningkatkan kecakapan berpikir kritis
siswa dibandingkan dengan model DI, (2) strategi kooperatif GI memberikan
pengaruh lebih baik dalam meningkatkan kecakapan berpikir kritis siswa
dibandingkan dengan strategi kooperatif STAD, dan (3) interaksi model belajar
dengan strategi kooperatif memberikan pengaruh berturut-turut: PBL-GI,
PBL-STAD, DI-GI dan DI-STAD
q Model
PBL secara signifikan memberikan pengaruh
lebih baik dibandingkan Model DI dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis. Hal ini dapat dijelaskan, pelaksanaan model PBL dapat melatih
komponen-komponen berpikir kritis. Model PBL memiliki sintaks, yaitu (1) siswa
dihadapkan pada masalah aktual dan autentik yang memiliki sifat tidak
terstruktur, terbuka, dan mendua, (2) siswa terorganisasi dalam kelompok
belajar, (3) siswa melakukan investigasi untuk memecahkan masalah dan
mengajukan solusi, dan 4) siswa mengembangkan dan menyajikan hasil kegiatan
serta mendiskusikannya di dalam kelas. Di samping itu, model PBL memiliki ciri
siswa bekerja sama dalam kelompok kecil sehingga dapat memotivasi siswa untuk
secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan berpeluang agar
siswa melakukan inkuiri dan berdialog untuk mengembangkan keterampilan berpikir.
q Sedangkan
model DI memiliki sintaks, yaitu: guru menyajikan tujuan pambelajaran, guru
mendemonstrasikan pengetahuan, membimbing latihan, dan mengecek pemahaman
siswa, dan memberikan umpan balik.
q Komponen
kemampuan berpikir kritis yang harus dilatihkan pada siswa adalah mencakup
kemampuan (1) merumuskan masalah, (2) memberikan argumen, (3) melakukan
deduksi, (4) melakukan induksi, (5) melakukan evaluasi, dan (6) memu-tuskan dan
melaksanakan (Ennis, 1985; 1993; Marzano, 1988
q Strategi
kooperatif GI secara signifikan memberikan pengaruh lebih baik terhadap
kemampuan berpikir dibandingkan dengan strategi kooperatif STAD. Sintaks
pembelajaran strategi kooperatif GI meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut.
(1) Siswa membentuk kelompok dari siswa yang memiliki minat yang sama namun
heterogen. (2) Kelompok mengidentifikasi topik masalah untuk dilakukan
investigasinya. (3) Merencanakan kegiatan kelompok untuk bersama-sama melakukan
investigasi sesuai dengan masalah yang diangkat. (4) Kelompok melakukan
investigasi untuk mengumpulkan data/informasi, melakukan analisis data,
membahas serta mensintesis ide-ide untuk memecahkan masalah dan mengusulkan
pemecahan. (5) Menyusun laporan hasil investigasi dan presentasi laporan.
q Inti
dari strategi kooperatif GI adalah siswa menemukan masalah, merencanakan
investigasi, melakukan investigasi, analisis data dan menjelaskan hasil
investigasi, dan mengambil keputusan. Sedangkan
tahapan-tahapan pembelajaran strategi kooperatif STAD adalah sebagai
berikut. (1) Guru mempresentasi materi pelajaran. (2) Kerja kelompok dalam
melakukan penyelidikan, diskusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi, (3)
Tes. (4) Pemberian penghargaan.
q Dalam strategi kooperatif STAD bagian yang
tampak sangat berbeda dengan strategi kooperatif GI adalah adanya komponen guru
menceramahkan materi pelajaran sehingga siswa di sini merasa disuapi dengan
informasi
q Di
samping itu, adanya pemberian hadiah/penghargaan lebih sering hanya
membangkitkan motivasi eksternal dibandingkan motivasi internal siswa. Dengan
memperhatikan kegiatan pembelajaran pada strategi kooperatif GI, terutama siswa
dilatih untuk melakukan investigasi, jelas tampak bahwa strategi kooperatif GI
dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa
q Kombinasi
antara model belajar dengan strategi kooperatif merupakan sesuatu yang sangat
penting. Model PBL dirancang agar siswa dalam kegiatan belajar berkolaborasi
bersama teman sebayanya. Pada penelitian ini dikombinasikan (1) model PBL
dengan strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD, dan (2) model DI dengan strategi kooperatif GI dan
strategi kooperatif STAD.
q Kombinasi
antara model PBL dengan strategi kooperatif merupakan sesuatu yang sangat
menarik, karena siswa saat memecahkan masalah yang diangkat dalam proses
belajar dapat mengerjakannya secara berkelompok untuk mencapai tujuan belajar
bersama. Hal ini mendukung pendapat
Feletti and Bound (1997) yang mengemukakan bahwa dalam menerapkan model
PBL hendaknya siswa bekerja sama antara satu dengan lainnya dalam bentuk
berpasangan atau dalam kelompok kooperatif untuk bersama-sama memecahkan
masalah yang dihadapi.
q Simpulan
dapat disampaikan bahwa, penelitian ini menemukan: (1) model PBL dapat
meningkatkan kecakapan berpikir kritis siswa, (2) strategi kooperatif GI dapat
meningkatkan kecakapan berpikir kritis siswa, dan (3) model PBL dan strategi
kooperatif GI secara bersama-sama dapat meningkatkan kecakapan berpikir kritis
siswa SMA dalampelajaran biologi
q Temuan
penelitian ini memiliki implikasi sebagai berikut. Pertama, kemampuan berpikir
tingkat tinggi berupakan kemampuan yang sangat penting dilatihkan pada siswa,
karena kemampuan berpikir ini sangat diperlukan untuk sukses dalam kehidupannya
nanti baik di bidang akademis maupun dalam kehidupannya di masyarakat.
q Kedua, kemampuan berpikir kritis dapat
ditingkatkan melalui proses pembelajaran dengan menggunakan model PBL atau strategi kooperatif GI secara
terpisah, atau kombinasi antara model PBL dengan strategi kooperatif GI atau
strategi kooperatif STAD
PERTANYAAN
YANG MUNCUL
q Bagaimanakah
Pengaruh penerapan model PBL dipandu startegi kooperatif terhadap kecakapan
berpikir kritis siswa SMA pada pelajaran mata pelajaran biolog?
q Apakah
dengan Pengaruh penerapan model PBL dipandu startegi kooperatif terhadap
kecakapan berpikir kritis siswa SMA pada mata pelajaran biolog dapat
meningkatkan hasil belajar biologi siswa?
KONSEP
UTAMA
Terdapat
beberapa hal yang menjadi konsep utama
dalam tulisan ini yaitu:
q Konsep
tentang hakikat pemecahan masalah.
q Konsep
tentang penerapan model PBL
q Konsep
tentang cooperative GI
q Konsep
tentang cooperative STAD
q Konsep
penerapan model PBL dipandu startegi kooperatif terhadap kecakapan berpikir
kritis siswa SMA pada pelajaran mata pelajaran biologi
REFLEKSI ANALISIS ARTIKEL II
•
Dengan membaca dan
memahami isi dari tulisan ini, saya memperoleh pengetahuan tambahan tentang
penerapan model PBL dipandu startegi kooperatif terhadap kecakapan berpikir
kritis siswa SMA pada mata pelajaran biologi
•
Dimana dalam kaitan ini
Model PBL dan strategi kooperatif GI (1) sama-sama mendorong siswa untuk
melakukan investigasi guna memecahkan masalah yang ditentukan sendiri oleh
kelompok siswa, (2) model PBL menyediakan masalah, sedangkan strategi
kooperatif GI dan STAD menyediakan kelompok yang memiliki tanggung jawab untuk
mencapai tujuan bersama. Dengan kombinasi ini mengakibatkan terlatihnya
komponen-komponen kemampuan berpikir kritis siswa, seperti kemampuan merumuskan
masalah, memberikan argumen, melakukan deduksi, melakukan induksi, melakukan
evaluasi, dan memutuskan dan melaksanakan.
•
Oleh karena itu tulisan
ini sebagai acuan untuk melaksanan PTK
trutama untuk menyusun latar belakang masalah, dan mencari kajian pustaka
tambahan.
ANALISIS KRITIS ARTIKEL III
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI
MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN STRUKTUR
DI KELAS 17 SLTP NEGERI 20
PEKANBARU
Analisi
Kritis Artikel Ke Tiga
BILBIOGRAFI
Yusuf , Yustini dan Natalina , Mariani . 2005. UPAYA
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI
MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGA PENDEKATAN STRUKTUR DI
KELAS 17 SLTP NEGERI 20 PEKANBARU ”. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan . www/// msalah pendidikan
_biologi/ com//0072//doc//., htlm.
TUJUAN
Tujuan dari penelitian tindakan
kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas I7
SLTP Negeri 20 Pekanbaru melalui Pembelajaran Kooperatif dengan pendekatan
struktural”
FAKTA-FAKTA
UNIK








PEMBAHASAN
v Menghitung
Skor Individu
Perhitungan skor
individu ditujukan untuk menentukan nilai perkembangan individu yang
disumbangkan sebagai skor kelompok. Nilai perkembangan individu dihitung
berdasarkan selisih perolehan skor test
terdahulu dengan skor test terakhir penilaiannya
v Penghargaan
Prestasi Kelompok
Skor kelompok dihitung
berdasarkan rata-rata perkembangan yang disumbangkan anggota kelompok yang
terdiri dari tiga tingkatan penghargaan misalkan x menyatakan rata-rata skor
kelompok yaitu kelompok hebat bila 11,75 < x < 23,25, kelompok super bila
23,25 < x < 30 (Slavin dalam Husin, 2001). Aktifitas siswa dan aktifitas
guru dicatat dengan menggunakan lembaran observasi sebagai data penunjang
v Hasil
Belajar Siswa
Pada bagian ini akan
disajikan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran kooperatif
dengan pendekatan struktural sebanyak 2 kali ulangan harian pada pokok bahasan
Ciri-ciri Makhluk Hidup dan Organisasi Kehidupan
Dapat dilihat bahwa
hasil belajar ulangan harian I kurang baik yang mencapai nilai tinggi sekali
hanya 4 orang sama dengan sebelum dilakukan model pembelajaran Kooperatif untuk
nilai tinggi dan sedang peningkatannya
kecil sekali.



v Ketuntasan
Belajar Siswa




v Perkembangan
dan Penghargaan




v Aktifitas
Siswa





v Aktifitas Guru




PERTANYAAN-PERTANYAAN YANG DAPAT
DIMUNCULKAN
q Bagaimanakah
upaya peningkatan hasil belajar biologi
melalui pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktur di kelas 17 SLTP Negeri 20 Pekan Baru ?
q Apakah dengan pembelajaran kooperatif dengan
pendekatan struktural dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa di kelas 1
7 SLTP negeri 20 Pekan Baru?
KONSEP UTAMA
Terdapat beberapa hal yang menjadi konsep utama dalam tulisan ini yaitu:
q Konsep
tentang hakikat pemecahan masalah dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
q Konsep
tentang pendekatan Struktural
q Konsep
tentang cooperative TPS
q Konsep
penerapan pendekatan dipandu startegi kooperatif TPS terhadap peningkatan hasil
belajar siswa SLTP pada pelajaran mata pelajaran biologi
REFLEKSI
Ø Dengan
membaca dan memahami isi dari tulisan ini, saya memperoleh pengetahuan tambahan
tentang upaya peningkatan hasil belajar biologi
melalui pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktur .
Ø Dimana
dalam strategi kooperatif dengan pendekatan struktural (1) sama-sama mendorong
siswa untuk melakukan kerja kelompok guna meningkatkan hasi belajar siswa, (2)
metode pembelajran kooperatif TSP meningkatkan kerja sama antar siswa yang
bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Dengan kombinasi ini dapat
mengakibatkan terlatihnya kemampuan siswa dalam meningkatkan hasil belajar
siswa dan interaksi antar siswa dengan Guru serta siswa dengan siswa.
Ø Oleh
karena itu tulisan ini sebagai acuan untuk melaksanan PTK
REFLEKSI
ANALISIS ARTIKEL III
Pada artikel dijelaskan secara rinci
tentang hipotesis penelitian, bagaimana cara menguji hipotesis dan bagaimana hasil pengujian hipotesis, den kajian pustaka untuk menambah perluasan bahasan
nantinya. saya dapat mengambil manfaat dari artikel ini karena judul penelitian tindakan
kelas ini hampir sama dengan judul penelitian yang saya
buat. Dimana dalam strategi kooperatif dengan pendekatan
struktural (1) sama-sama mendorong siswa untuk melakukan kerja kelompok guna
meningkatkan hasi belajar siswa, (2) metode pembelajran kooperatif TSP meningkatkan
kerja sama antar siswa yang bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya.
Dengan kombinasi ini dapat mengakibatkan terlatihnya kemampuan siswa dalam
meningkatkan hasil belajar siswa dan interaksi antar siswa dengan Guru serta
siswa dengan siswa.
REFLEKSI ANALISIS ARTIKEL IV
PENERAPAN PENDEKATAN STRUKTURAL
THINK–PAIR–SHARE (TPS ) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS
SISWA KELAS I.7 SLTPN 20 PEKANBARU PADA POKOK BAHASAN
KEANEKARAGAMAN HEWAN TA. 2002/2003
Analisis
Kritis Artikel ke Empat
BILBIOGRAFI
S, Rosmaini, Suryawati, Evi
dan N. L, Mariani. 2004. Penerapan
pendekatan struktural think–pair–share (TPS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
dan Aktivitas Siswa kelas 17 sltpn 20 pekanbaru Pada pokok bahasan
keanekaragaman hewan. Jurnal Biogenesis Vol. 1(1):9-14, 2004. Program Studi
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau. ISSN : 1829-5460
TUJUAN
PENULISAN
1. Tujuan
dari penulisan ini untuk menginformasikan kepada pembaca tentang penigkatan
hasil belajar belajar dan aktivitas siswa kelas I.7 SLTPN 20
Pekanbaru
2. Tujuan
penelitian ini adalah agar dapat meningkatkan hasil belajar belajar dan
aktivitas siswa kelas I.7 SLTPN 20 Pekanbaru
Fakta-Fakta
Unik
1. Tujuan
pembelajaran biologi adalah agar siswa dapat memahami, menemukan dan
menjelaskan konsep-konsep, prinsip-prinsip dalam biologi.
2. Pelajaran biologi termasuk pelajaran pokok dalam bidang
IPA di SLTP, proses belajar biologi adalah suatu yang bersifat ekspolarasi
serta menemukan bukan menghafal semata-mata.
3. Dalam
proses belajar biologi diperlukan
strategi, bermacam pendekatan, metoda, media, agar siswa lebih aktif belajar
dan berbuat untuk memahami konsep, prinsip-prinsip biologi sehingga diharapkan
hasil belajar siswa lebih baik
4. Pendekatan
struktural TPS yang dikembangkan oleh Kagan dalam (Lie, A, 2002) ini
mengajarkan siswa untuk lebih mandiri dalam mengerjakan soal-soal yang
diberikan sehingga dapat membangkitkan rasa percaya diri siswa, dimana siswa dapat
bekerja sama orang lain dalam kelompok kecil yang heterogen.
PEMBAHASAN
1. Daya
Serap Siswa
Nilai Post Test
1)
Berdasarkan hasil penelitian terlihat
bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari pertemuan pertama sampai
pertemuan keenam.
2)
Kegiatan belajar mengajar
pada pertemuan pertama
hasil post test masih kategori
cukup, karena siswa belum terbiasa
dengan belajar kelompok yang dilakukan pada pertemuan berikutnya siswa sudah
mulai menyesuaikan diri dengan kelompoknya dan sudah mulai memikirkan
jawaban dari pertanyaan yang ada dalam
LKS, selanjutnya siswa
sudah dapat melaporkan hasil
kelompoknya keseluruh kelasnya
3)
Sesuai dengan apa yang dikatakan Frank Lyman dan Kagan (1995) yaitu Penerapan
Pembelajaran Kooperatif dengan pendekatan Struktural TPS memiliki prosedur yang ditetapkan untuk
memberi siswa waktu agar dapat berfikir,
menjawab dan saling membantu satu sama lain sehingga termotivasi unruk mempelajari
pokok bahasan Keanekaragaman Hewan
2. Nilai UH
(Ulangan Harian)



3. Aktivitas
Siswa Selama PBM





4. Aktivitas
Guru dalam PBM





KONSEP UTAMA
Terdapat beberapa hal yang menjadi konsep utama dalam tulisan ini yaitu:
q Konsep
tentang pendekatan Struktural
q Konsep
tentang cooperative TPS
q Konsep
penerapan pendekatan dipandu startegi kooperatif TPS terhadap peningkatan hasil
belajar siswa SLTP pada pelajaran mata pelajaran biologi
REFLEKSI
Ø Dengan
membaca dan memahami isi dari tulisan ini, saya memperoleh pengetahuan tambahan
tentang upaya peningkatan hasil belajar biologi
melalui pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktur .
Ø Dimana
dalam strategi kooperatif dengan pendekatan struktural (1) sama-sama mendorong siswa
untuk melakukan kerja kelompok guna meningkatkan hasi belajar siswa, (2) metode
pembelajran kooperatif TSP meningkatkan kerja sama antar siswa yang bertanggung
jawab atas keberhasilan kelompoknya. Dengan kombinasi ini dapat mengakibatkan
terlatihnya kemampuan siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan
interaksi antar siswa dengan Guru serta siswa dengan siswa.
Ø Oleh
karena itu tulisan ini sebagai acuan untuk melaksanan PTK
REFLEKSI ANALISIS ARTIKEL IV
Ada
banyak manfaat yang saya peroleh dengan analisis kritis artikel ini diantaranya
saya dapat mengetahui bagaimana cara menuliskan latar belakang suatu masalah
dan kajian pustaka walaupun sehingga
saya jadikan acuan dalam penulisan proposal PTK saya. Pada pembahasan kajian pustaka saya memperoleh
banyak pengetahuan tentang pendekatan kooperatif beserta teknik dan langkah –
langkah penerapannya. Kajian pustaka
pada artikel ini bisa saya adopsi
menjadi kajian pustaka bagi penelitian
saya karena proposal yang saya buat juga membahas tentang usaha meningkatkan
minat dan motivasi belajar siswa dengan pendekatan interaktif yang dipandu oleh
metode kooperatif.
ANALISIS KRITIS ARTIKEL V
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
KOMPETENSI SISTEM KOORDINASI MELALUI METODE PEMBELAJARAN TEACHING GAME TEAM
TERHADAP SISWA KELAS XI IPA SMA SMART EKSELENSIA INDONESIA
Anailisi Artike ke Lima
BILBIOGRAFI
Purwanto, Rudy.2011. Peningkatan
Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi Sistem Koordinasi Melalui
Metode Pembelajaran Teaching Game Team Terhadap Siswa Kelas XI IPA SMA Smart
Ekselensia Indonesia. Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa Edisi I/2011. http://
purwoudiutomo.com /2011/10/05/.peningkatan-motivasi-dan-belajar-siswa-dengan-metode
pembelajaran-teaching-game-team. Diakses tanggal 20 maret 2012.
TUJUAN PENULISAN

FAKTA-FAKTA
UNIK









PEMBAHASAN
Hasil
Analisis dan Refleksi Pembelajaran pada Siklus 1
v Proses pembelajaran siklus
1 dengan menerapkan metode
pembelajaran teaching game team
pada mata pelajaran biologi secara kualitas dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
v Hasil refleksi
berupa rumusan yang
akan diiplementasikan pada siklus 2 walaupun proses dan hasil
pembelajaran sudah tuntas adalah siswa diberi peningkatan stimulus agar dapat
mempertahankan bahkan meningkatkan motivasi dan hasil pembelajaran
dan dilakukan umpan balik berupa
penguatan unjuk kerja/konsep
harus diberikan secara langsung sebelum proses pembelajaran siklus 2 dimulai,
sehingga tingkat kepuasan
siswa terhadap penguasaan materi
yang dipelajari dapat ditingkatkan.
Hasil
Analisis dan Refleksi Pembelajaran pada
Siklus 2
v Pembelajaran
siklus 2 dilakukan pada pertemuan 3 (Rabu,13 April 2011)
dan pertemuan 4 (Senin, 18 April 2011). Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa
motivasi siswa (Ps) memiliki rata-rata
92 sehingga masuk dalam kategori sangat baik; sedangkan hasil belajar siswa
pada perlakuan/penilaian Pr (82), Pd (86), Pj (82), dan Pp (91) sehingga hasil
belajar siswa 100% tuntas (lihat pembahasan halaman 10).
Hasil Analisis
dan Refleksi Pembelajaran pada Siklus 3
v Pembelajaran
siklus 3 dilakukan pada pertemuan
5 (Rabu, 20
April 2011) dan pertemuan 6 (Senin, 2 Mei 2011). Pada
tabel 5 dapat dilihat bahwa
motivasi siswa (Ps) memiliki rata-rata 85 sehingga masuk
dalam kategori sangat baik; sedangkan hasil belajar siswa pada
perlakuan/penilaian Pr (81), Pd (86), Pj (91), dan Pp (90) sehingga hasil
belajar siswa 100% tuntas.
v Jadi, dapat
dikatakan bahwa proses pembelajaran siklus
2 dengan menerapkan metode pembelajaran teaching game
team pada mata pelajaran biologi secara kualitas dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
v Hasil
penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
pola 3 siklus
ternyata dapat menguji hipotesis
tindakan yang diajukan dalam penelitian
ini, yaitu apabila
metode pembelajaran Teaching Game Team diterapkan pada kompetensi
sistem koordinasi, maka motivasi dan hasil belajar siswa kelas
XI IPA SMA SMART Ekselensia
Indonesia akan meningkat minimal
dengan rata-rata baik dan nilai KKM adalah 70
v Penurunan
nilai beberapa siswa pada siklus 2 dan 3 disebabkan karena terlalu lelahnya
siswa akibat banyaknya kegiatan di sekolah, sehingga guru harus
lebih kreatif untuk
meciptakan lingkugan
belajar yang bagus
dan menyenangkan agar siswa
mendapatkan pembelajaran yang baik
v Pentingnya
peranan motivasi dalam keberhasilan pembelajaran, maka diperlukan
lebih banyak upaya-upaya untuk
dapat meningkatkan motivasi siswa.
v Oleh
karena itu, untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, dibutuhkan tiga tahap
kegiatan, yaitu persiapan belajar, pelaksanaan
belajar dan pengendalian
belajar.
v Tahapan
tersebut sesuai dengan yang dituntut dalam penerapan metode pembelajaran
teaching game team.
v Metode
teaching team memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah segera
mendapat perhatian siswa, meningkatkan pemahaman
karena siswa berusaha berkompetisi dengan
kelompok lainnya untuk mendapatkan nilai yang baik, adanya kerjasama
yang baik antara anggota kelompok siswa, dan menambah rasa percaya diri para
siswa.
v Sedangan
kelemahan metode ini adalah ada kemungkinan siswa dalam kelompok tidak aktif
bertanya ataupun menjawab pertanyaan yang
diberikan kelompok lain.
v Apabila
keunggulan metode teaching
game team dimaksimalkan dan
kelemahannya diminimalisir,
maka metode tersebut
logis untuk dapat dijadikan pilihan alternatif dalam meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa.
PERTANYAAN-PERTANYAAN YANG DAPAT
DIMUNCULKAN
q Apakah
ada peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi Sistem
Koordinasi Melalui Metode Pembelajaran Teaching Game Team Terhadap Siswa Kelas
XI IPA SMA Smart Ekselensia Indonesia?
q Bagaiman hasil penerapan pembelajaran
kooperatif terhadap peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada
Kompetensi Sistem Koordinasi Melalui Metode Pembelajaran Teaching Game Team
Terhadap Siswa Kelas XI IPA SMA Smart Ekselensia Indonesia?
KONSEP UTAMA
Terdapat beberapa hal yang menjadi konsep utama dalam tulisan ini yaitu:
q Konsep
tentang motivasi dan hasil belajar
Mc Donald (dalam
Sardiman, 2001 : 71) menyatakan bahwa
motivasi adalah perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “perasaan/ feeling” dan
didahului dengan tanggapan adanya tujuan. Motivasi mengawali
terjadinya perubahan energi
pada diri manusia.
Motivasi
ditandai dengan munculnya perasaan dan afeksi seseorang, artinya motivasi relevan
dengan persoalan - persoalan kejiwaan, afeksi, dan emosi yang dapat
menentukan tingkah laku manusia.
Menurut Gagne
dan Driscoll (1988:36), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan
siswa (learner’s performance)
q Konsep
tentang kompetensi sistem koordinasi
Sistem
koordinasi meliputi sistem saraf, sistem indera, dan sistem
hormon.
q Konsep
tentang cooperative Teaching Game Team
Metode
pembelajaran teaching game team
termasuk ke dalam model pembelajaran kooperatif yang
mengadopsi pembelajaran mandiri
siswa dengan saling bertanya antar kelompok
secara bergantian.
q Konsep
tentang kerangka berpikir
Sebagaimana yang
telah dikemukakan oleh Bruner (1962) bahwa empat aspek utama dalam pembelajaran
harus diperhatikan, yaitu struktur mata pelajaran, kesiapan untuk belajar,
intuisi, dan motivasi.
REFLEKSI
Ø Pada
ulasan jurnal penelitian ini terlihat adanya suatu upaya untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar dari siswa, sehingga siswa lebih aktif dari pada
guru yang memberikan informasi, yang pada akhirnya siswa sendiri yang menemukan
jawaban dan dapat menguasai konsep serta tujuan dari guru sendiri juga
tercapai.
Ø Dimana
dalam strategi kooperatif dengan menggunakan metode TGT Metode ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk dapat saling membantu dan bekerjasama dalam
belajar. Siswa biasanya dilatih keterampilan-keterampilan spesifik untuk
membantu mereka bekerjasama dengan baik, misalnya menjadi pendengar baik,
memberikan penjelasan dengan baik, mengajukan pertanyaan dengan benar
Ø Oleh
karena itu tulisan ini sangat membantu saya dalam menyusun PTK terutama dalam
pemilihan metode untuk mengkombinasikan dengan pendekatan interaktif.
REFLEKSI
ANALISIS ARTIKEL V
Pada artikel ini dijelaskan
juga tentang hipotesis penelitian, bagaimana cara menguji hipotesis dan bagaimana hasil pengujian hipotesis tetapi saya dapat tidak
menggambil untuk mendukung penulisan proposal saya akan tetapi saya mengambil
manfaat dari artikel ini bahwa strategi kooperatif
dengan menggunakan metode TGT Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk dapat saling membantu dan bekerjasama dalam belajar.
Siswa
biasanya dilatih keterampilan-keterampilan spesifik untuk membantu mereka
bekerjasama dengan baik, misalnya menjadi pendengar baik, memberikan penjelasan
dengan baik, mengajukan pertanyaan dengan benar
ANALISIS KRITIS ARTIKEL VI
THE EFFECTS OF PROBLEM-BASED LEARNING
INSTRUCTION ON UNIVERSITY STUDENTS’
PERFORMANCE OF CONCEPTUAL AND QUANTITATIVE
PROBLEMS IN GAS CONCEPTS
Analisi Artikel Ke Enam
BIIBIOGRAFI
Bilgin, Ibrahim, dkk. 2008. The Effects of Problem-Based Learning Instruction on University Students’ Performance of Conceptual and Quantitative Problems in Gas Concepts. Eurasia Journal
of Mathematics, Science & Technology Education, 2009, 5(2),
153 164.http://www.ejmste.com/v5n2/EURASIA_v5n2_Bilgin_etal.pdf.
Akses tanggal 08 -05-2012.
PURPOSE OF WRITING
Purpose of writing this to
inform the readers about The Effects of
Problem-Based Learning
Instruction on University Students’
Performance of Conceptual and
Quantitative Problems in Gas
Concepts..
FAKTA-FAKTA UNIK








THE DISCUSSION









KONCEP MAIN



REFLECTION
REFLEKSI ANALISIS ARTIKEL VI
Pada artikel ini saya tidak
menggambil untuk mendukung penulisan proposal saya akan karena pada artikel
yang saya analisi ini saya kuarang memahami hal ini disebakan karena sangat
minim penguasaan saya dalam menterjehmankan dan memahami artikel dalam bahasa
inggris, sebenarnya artikel ini sangat bagus untuk di kaji lebih jauh lagi.
Hanya karena kendala utama saya dalam memahami tulisan artikelini .
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan dunia ilmu pendidikan
sekarang ini mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan
kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk
meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.
Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan
untuk mengembangkan kualitas manusia sebagai suatu kegiatan yang sadar akan
tujuan. Aktivitas dalam mendidik yang merupakan suatu pekerjaan memiliki tujuan
dan ada sesuatu yang hendak dicapai dalam pekerjaan tersebut, maka dalam
pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan di setiap jenis
dan jenjang pendidikan, semuanya berkaitan dalam suatu system pendidikan yang
integral.
Tujuan langsung
pendidikan saat ini adalah perubahan kualitas hasil belajar siswa baik ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketercapaian tujuan tersebut dipengaruhi
oleh faktor internal, yaitu faktor dari dalam diri peserta didik misalnya
motivasi, dan faktor eksternal, misalnya media dan pendidik. Sebagaimana
dikemukakan oleh Das Salirawati, ”Guru merupakan komponan pembelajaran yang
berperan langsung dalam pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam memerankan fungsinya baik sebagai
pemimpin, fasilitator, dinamisator, maupun sebagai pelayan.” (Salirawati,2004:
5)
Tidak disangkah bahwa guru
merupakan faktor kunci dalam keberhasilan proses pendidikan sehingga kuantitas
dan kualitas guru selalu menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat.
Keberhasilan mengajar seorang guru tidak hanya berkaitan langsung dengan proses
belajar mengajar, misalnya tujuan yang jelas, menguasai materi, pemilihan
metode yang tepat, penggunaan sarana, dan evaluasi yang tepat.
Hal lain yang tidak kalah
pentingnya adalah keberhasilan guru dalam mencegah timbulnya perilaku subyek
didik yang mengganggu jalannya proses belajar mengajar, kondisi fisik belajar
dan kemampuan mengelolanya.
Dalam proses pembelajaran di
kelas yang sangat urgen untuk dilakukan oleh seorang guru adalah mengupayakan
atau menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik. Dengan kondisi belajar
yang baik diharapkan proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik pula.
Proses pembelajaran yang baik akan meminimalkan kemungkinan terjadinya
kegagalan serta kesalahan dalam pembelajaran. Maka dari itu penting sekali bagi
seorang guru memiliki kemampuan menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik
dan untuk mencapai tingkat efektivitas yang optimal dalam kegiatan belajar
mengajar.
Guru banyak
menghadapi hambatan dan permasalahan dalam praktek pembelajaran di lapangan,
sehingga sebagai praktisi pendidikan yang berinteraksi langsung dengan siswa,
guru ditntut memiliki kemampuan menyikapi dan mengatasi permasalahan yang
dihadapinya. Permasalahan-permasalahan tersebut menuntut guru agar
mengembangkan kreatifitas dalam melakukan praktek pembelajaran.
Sebagai subyek pembelajaran siswa harus diperhatikan
sikap atau pola berpikir siswa. Siswa adalah individu yang memiliki keinginan
dan rasa keingintahuan yang besar. Oleh karena itu sebagai seorang guru harus
bertindak memfasilitasi dan memotivasi siswa untuk belajar. Selain itu guru berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan menjadi psikolog
yang berusaha memberdayakan seluruh potensi siswa.
Pembelajaran yang sering dipakai berorientasi
kepada guru sehingga siswa hanya sebagai objek ajar yang terus dijejali dengan
segudang informasi. Siswa tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan eksistensi
dirinya guna berpartisipasi dalam pembelajaran. Fenomena seperti ini
mengakibatkan menurunnya motivasi berprestasi siswa untuk belajar yang pada
akhirnya keberhasilan pembelajaran menjadi berkurang.
Pola pembelajaran konvensional seperti ceramah
merupakan pembelajaran yang sering digunakan oleh para pengajar. Hal ini
dimungkinkan tetap digunakan oleh guru dengan mempertimbangkan aspek kemudahan,
keefektifan, serta biaya. Pembelajaran ini cenderung menimbulkan kebosanan pada
diri siswa karena siswa tidak ikut berperan aktif di dalam proses
pembelajarannya. Hal ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Ada 2
kemungkinan yang harus dilakukan oleh pengajar agar tidak mempengaruhi siswa
yaitu dengan beralih ke pola pembelajaran modern atau mengkombinasikan dengan
model yang baru.
Biologi merupakan salah satu disiplin
ilmu yang sangat kompleks. Keilmuannya bersentuhan langsung dengan kehidupan
sehari-hari. Untuk mempelajarinya, perlu pembelajaran yang menyenangkan guna
mencapai kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran. Beberapa faktor yang dapat
mendukung tercapainya kompetensi dasar di antaranya adalah metode pembelajaran,
pendekatan dalam proses pembelajaran, penguasaan materi, dan fasilitas
pembelajaran seperti kelas, ruang laboratorium, ruang perpustakaan serta media
pembelajaran yang digunakan.
Selama ini peserta didik berpendapat
bahwa belajar biologi adalah belajar hafalan. Salah satu alasan peserta didik
berpendapat demikian, karena di dalam mata pelajaran biologi banyak
istilah-istilah bahasa latin atau yang dilatinkan yang dirasa sulit oleh
peserta didik, sehingga mereka tidak termotivasi untuk mempelajari biologi
dengan baik. Pemilihan metode pembelajaran yang
tepat
diperlukan karena
akan sangat menentukan kemampuan siswa
dalam meningkatkan motivasi
belajar.
Berbagai penelitian ilmiah yang menunjukkan bahwa
pendekatan kontekstual melalui model pembelajaran Think-Pair-Share adalah
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Rosmaini
S dkk (2004) , Nina Septriana dan Budi Handoyo (2006), Margaret
Bowering
dkk (2007) dan Helen Ngozi ibe (2009). Menyatakan bahwa model
pembelajaran Think-Pair-Share dapat membantu meningkatkan proses dan hasil
belajar siswa. Salah satu wujud kompetensi tersebut adalah keterampilan
berfikir dan kerjasama siswa. Aktivitas berpikir dan kerjasama siswa dalam
proses pembelajaran sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan pembelajaran.
Melalui keaktifan siswa dan kerjasama diharapkan prestasi belajar siswa akan
mengalami peningkatan.
Salah satu cara untuk mengembangkan kompetensi siswa
dalam kerjasama adalah melalui penerapan pembelajaran konstektual dengan metode
kooperatif. Pengajaran kooperatif berfokus pada penggunaan sekelompok kecil
siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk
meningkatkan hasil belajar biologi siswa, dapat diwujudkan dengan penerapan
pendekata interaktif dengan metode
kooperatif, oleh karena itu saya ingin mengkaji
lebih jauh tentang” Peningkatan
Proses dan Hasil Belajar Biologi Menggunakan Pendekatan Interaktif melalui Model
Pembelajaran Think-Pair-Share pada Peserta Didik
Kelas X SMA
“
B.
Rumusan masalah
Dari urian latar belakang diatas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut”
1.
Apakah pendekatan interaktif melalui metode kooperatif Think-Pair-Share (TPS) mampu
meningkatkan hasil dan proses belajar biologi siswa
di SMA ?
2.
Apakah
pendekatan interaktif melalui metode
kooperatif Think-Pair-Share (TPS) mampu meningkatkan hasil dan aktivitas
belajar biologi siswa dikelas?
3. Bagaimana penerapan pendekatan iteraktif melalui
metode kooperatif Think-Pair-Share (TPS)
mampu meningkatkan hasil, proses dan aktivitas belajar biologi siswa dikelas
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat
Belajar
Belajar adalah suatu usaha. Perbuatan
yang dilakukan secara sungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua
potensi yang dimiliki, baik fisik, mental serta dana, panca indra, otak dan
anggota tubuh lainnya, demikian pula aspek kejiwaan seperti intelejensi, bakat,
motivasi, minat dan sebagainya.
Gagne (1977): Belajar sebagai suatu proses perubahan
tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap,
minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk
melakukan berbagai jenis performance (kinerja).
Sunaryo (1989:1): Belajar
adalah suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu
perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan
ketrampilan.
Sedangkan
menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhannya hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh
aspek tingkah laku (http://www.scribd.com/doc/22588479/Hakikat-Belajar),diakses tanggal 20 maret 2012.
Menurut Degeng (1997:1)
bahwa pembelajaran mengandung makna kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan
metode atau strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang
diinginkan.
Dari beberapa definisi di atas belajar
ialah suatu proses usaha dan
perbuatan
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku. Seseorang
yang melakukan aktivitas belajar akan memperoleh perubahan dalam dirinya dan
akan memperoleh pengalaman
baru
dalam hidupnya.
Menurut Skinner yang dikutip Barlow
dalam Muhibbinth
belajar adalah suatu proses adaptasi
yang
berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya, B.F. Skinner percaya
bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia
diberi penguatan (reinforcer)
Secara
intitusional (tinjauan kelembagaan) belajar dipandang sebagai proses validasi
atau pengabsahan tehadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia
pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat
diketahui sesuai dengan proses mengajar.
Sedangkan belajar secara kualitatif
(tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta
cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini
difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk
memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa
B. Hakikat
Hasil Belajar
Menurut Crow and Crow dalam Sofyan
mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan perolehan kebiasaan-kebiasaan,
pengetahuan dan sikap. Pemerolehan ini termasuk suatu cara baru melakukan
sesuatu dan cara mengatasi masalah pada situasi baru.
Hasil belajar merupakan peristiwa yang
bersifat internal dalam arti sesuatu yang terjadi di diri seseorang. Peristiwa
tersebut dimulai dari adanya perubahan kognitif yang kemudian berpengaruh pada
perilaku. Dengan
demikian perilaku seseorang didasarkan pada tingkat pengetahuan terhadap
sesuatu yang dipelajari yang kemudian dapat diketahui melalui tes, dan pada
akhirnya muncul hasil belajar dalam bentuk nilai riel atau non riel.
Pencapaian belajar atau hasil belajar
diperoleh setelah dilaksanakannya suatu program pengajaran. Penilaian atau
evaluasi pencapaian hasil belajar merupakan langkah untuk mengetahui seberapa
jauh tujuan kegiatan belajar mengajar (KBM) suatu bidang studi atau mata
pelajaran telah dapat dicapai.
Jadi
hasil belajar yang dilihat dari tes hasil belajar berupa keterampilan
pengetahuan integensi, kemampuan dan bakat individu yang diperoleh di sekolah
biasanya dicerminkan dalam bentuk nilai-nilai tertentu. Tes bertujuan untuk
membangkitkan motivasi siswa agar dapat mengorganisasikan pelajaran dengan
baik.
C.
Motivasi dan Hasil
Belajar
Kata motivasi berasal dari kata “motif” yang merupakan
terminologi umum yang bermakna daya dorong, keinginan,
kebutuhan, dan kemauan. Motif yang telah aktif disebut motivasi. Mc Donald
(dalam Sardiman, 2001 71)
menyatakan bahwa motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “perasaan/ feeling” dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan.
Motivasi mengawali
terjadinya perubahan energi pada
diri manusia. Perkembangan motivasi
akan mengubah energi di dalam system neurophysiological manusia yang
berpengaruh terhadap kegiatan fisik manusia. Motivasi ditandai dengan munculnya
perasaan dan afeksi seseorang, artinya motivasi relevan dengan
persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi, dan emosi yang dapat menentukan tingkah
laku manusia. Karena motivasi merupakan respon dari suatu aksi, motivasi akan
terangsang dengan adanya tujuan.
Sejak tahun 1940-an David McClelland mengembangkan
teori mengenai motivasi yang difokuskan pada
personality, dan temuannya yang sangat
terkenal disebutkan bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh
perilaku
D. Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan teori belajar
yang berhubungan dengan
cara
seseorang memperoleh pengetahuan, yang menekankan pada penemuan
makna
(meaningfulness). Perolehan pengetahuan tersebut melalui informasi
dalam
struktur kognitif yang telah ada hasil sebelumya dan siap dikonstruk
untuk
mendapatkan pengetahuan baru
Dalam
perkembangannya, konstructivisme
memang banyak digunakan dalam pendekatan-pendekatan pembelajaran.
Konstruktivisme pada dasarnya
adalah suatu pandangan yang
didasarkan pada aktivitas
siswa dengan untuk
menciptakan, menginterpretasikan,
dan mereorganisasikan pengetahuan
dengan jalan individual (Windschitl, dalam
Abbeduto, 2004). Sejalan
dengan pendapat tersebut
menurut Schwandt (1994) bahwa
konstruktivisme adalah seperti
interpretivis dan konstruktivis. Hal ini sejalan pula
dengan pendapat von Glaserfeld (1987) bahwa pengetahuan bukanlah suatu
komunikasi dan komoditas dapat dipindahkan dan tak satu pengantar-pun itu ada.
Sedangkan menurut Battencourt dalam
Pannem konstruktivisme tidak bertujuan untuk mengerti kenyataan tetapi lebih
menggambarkan proses kita menjadi tahu akan sesuatu
Belajar lebih diarahkan pada pengalaman
konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman yang kemudian dikontemplasikan
dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Karenanya dalam kegiatan
belajar mengajar tidak terfokus pada si pendidik melainkan pada si pembelajar
Menurut pandangan konstruktivisme setiap
individu mengkonstruksi pengetahuan secara aktif, tidak hanya mengimitasi dan
membentuk bayangan dari sesuatu tang diamati atau diajarkan oleh guru melainkan
individu tersebut menyeleksi, menyaring, memberi arah dan menguji atas
informasi yang diterimanya.
E. Keterampilan
Proses Sains
Pembelajaran sains yang sekarang
dikehendaki dalam kurikulum KTSP sekarang ini adalah pembelajaran yang disarkan
pada prinsip-prinsip ilmiah, proses ilmiah maupun produk ilmiah menghendaki
berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dalam kegiatan belajar
mengajar
Menurut Rustaman, keterampilan proses
melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan
sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual dengan melakukan keterampilan
proses siswa menggunakan pikirannya, keterampilan manual terlibat dalam
penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat,
keterampilan sosial dimaksudkan bahwa dengan keterampilan proses siswa berinteraksi
dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
Aspek-aspek kemampuan yang dikembangkan dalam
keterampilan proses sains dalam Rustaman adalah: mengamati, mengelompokan, menafsirkan /interpretasi,
meramalkan, mengajukan pertanyaan, berhipotesis, merencanakan percobaan,
menggunakan alat atau bahan, menerapkan konsep dan berkomunikasi. Menurut
Mundilarto proses sains diturunkan dari langkah-langkah yang dilakukan saintis
ketika melakukan penelitian ilmiah, langkah-langkah tersebut dinamakan
keterampilan proses.[1]
Keterampilan proses sains dapat juga diartikan sebagai kemampuan atau kecakapan
untuk melaksanakan suatu tindakan dalam belajar sains sehingga menghasilkan
konsep, teori, prinsip, hukum maupun fakta atau bukti.
Jenis-jenis keterampilan
proses sains menurut Rustaman, adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengamatan (observasi)
Menggunakan indera penglihat, pembau, pendengar, pengecap dan peraba.
Menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil pengamatan juga termasuk
keterampilan proses mengamati.
2. Menafsirkan pengamatan (interpretasi)
Mencatat setiap pengamatan, menghubungkan hasil pengamatan dan menemukan
pola keteraturan dari satu seri pengamatan dan menyimpulkannya.
3. Mengelompokkan (klasifikasi)
Dalam proses pengelompokkan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari
perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan, dan
mencari dasar penggolongan.
4. Meramalkan (prediksi)
Keterampilan meramalkan atau prediksi mencakup keterampilan mengajukan
perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan
atau pola yang sudah ada.
5. Berkomunikasi
Membaca tabel, grafik atau diagram, menggambarkan data empiris dengan
grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan
menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas.
6. Berhipotesis
Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel, atau mengajukan
perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Dengan berhipotesis diungkapkan cara
melakukan pemecahan masalah, karena dalam rumusan hipotesis biasanya terkadang
cara untuk mengujinya.
7. Merencanakan percobaan atau penyelidikian
Beberapa kegiatan menggunakan pikiran termasuk ke dalam keterampilan
proses merencanakan penyelidikan. Apabila dalam lembar kegiatan siswa tidak
dituliskan alat dan bahan secara khusus, tetapi tersirat dalam masalah yang
dikemukakan, berarti siswa diminta merencanakan dengan cara menentukan alat dan
bahan untuk penyelidikan tersebut. Menentukan variabel atau peubah yang
terlibat dalam suatu percobaan, menentukan variabel kontrol dan variabel bebas,
menentukan apa yang diamati, diukur dan ditulis, serta menentukan cara dalam
penyusunan rencana kegiatan penelitian perlu ditentukan cara mengolah data
untuk dapat disimpulkan, maka dapat merencanakan penyelidikanpun terlibat
kegiatan menentukan cara mengolah data sebagai bahan untuk menarik kesimpulan.
8. Menerapkan konsep atau prinsip
Apabila seorang siswa mampu menjelaskan peristiwa baru dengan
menggunakan konsep yang telah dimiliki, berarti ia menerapkan prinsip yang
telah dipelajarinya. Begitu pula apabila siswa menerapkan konsep yang telah
dipelajari dalam situasi baru.
9. Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan
yang diajukan dapat meminta penjelasan, tentang apa, mengapa, bagaimana, atau
menanyakan latar belakang hipotesis. Dengan demikian jelaslah bahwa bertanya
tidak sekedar bertanya tetapi melibatkan pikiran
F.
Pendekatan Interaktif
Menurut Faire dan Cosgrove dalam
Rustaman pendekatan interaktif dikenal sebagai pendekatan pertanyaan anak,
memberi kesempatan pada siswa untuk kemudian melakukan penyelidikan yang
berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan
Model pembelajaran interaktif adalah
suatu pendekatan yang merujuk pada pandangan konstruktivis yang menitikberatkan
pada pertanyaan siswa sebagai ciri sentralnya dengan cara mengali pertanyn-pertanyaan
siswa. Di dalam model pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk melibatkan
keingintahuannya terhadap obyek yang akan dipelajari, kemudian melakukan
penyelidikan tentang pertanyaan mereka sendiri
Pembelajaran interaktif merinci
langkah-langkah dan menampilkan suatu struktur pembelajaran IPA melibatkan
pengumpulan dan pertimbangan terhadap pertanyaan-pertanyaan peserta didik
sebagai pusatnya. Keberanian siswa untuk mengajukan pertanyaan yang diajukan
terhadap obyek yang diamati merupakan langkah awal untuk belajar terampil dalam
berpikir.
Sesuai
dengan karakteristik pendekatan interaktif, maka pertanyaanpertanyaan
siswa
perlu digali. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul mencerminkan rasa ingin tahu
siswa setelah melakukan kegiatan eksplorasi.
Menurut Car dalam Yuhasriati untuk
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal dapat dilakukan dengan cara
membiasakan siswa untuk mengajukan soal. Demikian juga menurut Suranto
menyatakan bahwa mengajukan soal dapat melatih siswa untuk terbiasa berpikir secara
matematis atau menggunakan polapikir matematis
Louisel dan Descamps dalam Suartini
mengemukakan bahwa pertanyaan dalam proses pembelajaran memiliki tiga tujuan
pokok, yaitu: meningkatkam tingkat berpikir siswa, mengecek pemahan siswa,
meningkatkan parsipasi belajar siswa
Menurut
Saidiman dalam Hamzah bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari
seseorang yang dikenali. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai
dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi betanya, merupakan
stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir
Dalam tahap investigasi ini digunakan
cara observasi atau pengamatan. Dalam investigasi/penyelidikan dengan cara
observasi atau pengamatan pengetahuan yang diperoleh sebagian besar didasarkan
pada hasil usaha sendiri atas keterampilan yang dimikinya sehingga pesrta didik
mempunyai kesempatan yang luas untuk mencari dan menemukan sendiri apa yang
dibutuhkannya.
G.
Model
Pembelajaran Kooperatif
Sanjaya (2009:
240), model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras,
atau suku yang berbeda (heterogen). Menurut Suyatno (2009), model pembelajaran
kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja
sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau
inkuiri.
Slavin (2010: 8)
pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang ditujukan
untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, ini juga merupakan cara
untuk menciptakan keceriaan, lingkungan yang pro-sosial di dalam kelas, yang
merupakan salah satu manfaat penting untuk memperluas perkembangan
interpersonal dan keefektifan.
Menurut
Suprijono (2010: 90), model pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi
belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau prilaku bersama atau membantu
di antara sesama dalam struktur kerjasama yang
teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orangMenurut Sanjaya (2009:
247), pembelajaran kooperatif
mempunyai keunggulan, yaitu:
1.
Melalui
pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan
tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lain.
2. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan
mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
3. Pembelajaran
kooperatif membantu anak untuk respek pada orang lain menyadari akan segala
keterbatasan serta menerima segala perbedaan.
4. Pembelajaran
kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa lebih bertanggungjawab
dalam belajar. Pembelajaran
kooperatif cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan
5. sosial,
termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif
dengan yang lain, mengembangkan keterampilan mengatur waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
6. Pembelajaran
kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman
sendiri serta menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah
tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah
tanggungjawab kelompoknya.
7. Pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan
kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat
meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal
ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
Menurut Sanjaya
(2009: 248), pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan, yaitu:
1.
Untuk
memahami dan mengerti filosofi pembelajaran kooperatif memang butuh waktu.
Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat
mengerti dan memahami filsafat cooperatif
learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya, mereka
akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan.
Akibatnya, keadaan macam ini dapat menganggu iklim kerja sama dalam kelompok.
2.
Ciri
utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan.
Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching
yang efektif, maka dibandingkan dengan pembelajaran langsung dari guru, bisa
terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami
tidak pernah dicapai oleh siswa.
3.
Penilaian
yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja
kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi
yang diharapkan adalah setiap individu siswa.
4.
Keberhasilan
suatu
pembelajaran kooperatif dalam upaya untuk
mengembangkan suatu kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup
panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau
sekali-kali penerapan.
Walaupun kemampuan bekerja sama
merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak
aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara
individual. Oleh karena itu idealnya melalui pembelajaran kooperatif selain siswa
belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan
sendiri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam pembelajaran kooperatif memang
bukan pekerjaan yang mudah.
H.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Model pembelajaran Think Pair Share
(TPS) merupakan
suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas.
Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk
mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think
Pair Share (TPS) dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir,
untuk merespon dan saling membantu (Trianto, 2010: 81).
Menurut
Trianto (2010:81), guru memilih menggunakan
thing pair share (TPS) adalah
sebagai berikut:
1.
Tahap-1: Berpikir (Thinking) guru mengajukan pertanyaan
atau isu yang berhubungan dengan pembelajaran, kemudian siswa diminta untuk
memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
2.
Tahap-2: Berpasangan (Pairing) guru meminta siswa berpasangan
dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada
tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika
telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi.
3.
Tahap-3: Berbagi (Sharing) pada tahap akhir, guru meminta
pada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang mereka
bicarakan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan
dan dilanjutkan sampai seperempat pasangan telah mendapatkan kesempatan untuk
melaporkan. Melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya
dipresentasikan di depan kelas.
BAB III
METODELOGI PENLITIAN
A. Metode
Penelitian
Dalam penulisan
penelitian ini, penulis menggunakan
metode penelitian Kualitatif,
dengan mendeskripsikan keadaan yang sebenarnya dari fenomena objek yang menjadi
sasaran penelitian
B. Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Kelas X semester 1 tahun
ajaran 2011/2012. Sedangkan waktu
penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan bulan November 2012.
C. Desain
Penelitian
Penelitian ini
menggunakan desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
deskriptif yaitu penelitian yang
menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari fenomena objek yang diteliti. Dan dalam penelitian menggunakan metode kooperatif TPS yang di dalamnya ada
pretest, posttest dan ulangan harian serta aktivitas siswa.
D. Subyek
penelitian
Subyek
penelitian ini adalh seluruh siswa SMA kelas X semester I.
E. Prosedur
Penelitian
Pada prosedur penelitian ini menggunakan pendekatan
iteraktif melaui metode kooperatif Think–Pair-Share (TPS), yang terdiri dari satu siklus dengan 6 kali
pertemuan. Penelitian ini terdiri dari 4 tahap yaitu :
1.
Tahap persiapan, yaitu membuat jadwal penelitian, membuat RP, membuat
LKS, membuat test hasil belajar.
2.
Tahap pelaksanaan, terdiri dari
: a). Pendahuluan, yaitu memberi
motivasi pada siswa, dan menginformasikan pada siswa tentang konsep-konsep yang
akan mereka pelajari. b). Kegiatan inti, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan thinking, pairing, sharing. c). Penutup, yaitu memberikan
kesimpulan dan evaluasi.
3.
Tahap observasi, yang dilaksanakan oleh tim peneliti tindakan dan sejalan
dengan pelaksanaan tindakan.
4.
Tahap Refleksi dilaksanakan setelah selesai pelaksanaan tindakan untuk melihat
apakah pelaksanaan tersebut telah sesuai dengan prosedurnya dan untuk
merencanakan siklus berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofan. 2010. Proses Pembelajaran Inovatif
dan Kreatif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Apriyani,Dwi.2008.Peningkatan
hasil belajar biologi siswa dengan Menggunakan pendekatan interaktif pada
konsep Sistem pernapasan pada manusia. Universitas Islam Negeri syarif HidayatullahJakarta.http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4006.pdf. Diakses pada
tanggal22 Maret 2012
Fitria,
Erwina.2011. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dengan Menggunakan Handout. Biologi- FKIP UIR: Pekanbaru
Nuryani Y. Rustaman. 2009. Pengembangan
butir soal keterampilan proses sains. FPMIPAUPI, http://www//onengdalilah.blogspot.com/2009/02pengembangan-butir-soal-keterampilan.html. diakses pada tanggal 24 April 2012
Nurtafita, nita. 2011. Pengaruh
pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains siswa Pada
konsep kalor http://www.scribd.com/doc/56428143/24/Keterampilan-Proses-Sains. Diakses tgl 8 Mei 2012.
Rustaman,
Nuryani.2003. Keterampilan Dasar
Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme. Malang: Universitas
Negeri Malang
Putu
Arnyana, Ida Bagus . 2008. Pengaruh penerapan model PBL dipandu startegi
kooperatif terhadap kecakapan berpikir kritis siswa SMA pada pelajaran mata
pelajaran biologi”. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan .www///
msalah pendidikan _biologi/
com//0072//doc//., htlm. Diakses tgl 22 Maret 2012.
S,
Rosmaini, Evi Suryawati dan N.L, Mariani.2003. Penerapan pendekatan struktural
Think–Pair–Share (TPS) Untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas Siswa kelas I7 SLTPN 20 pekanbaru Pada pokok bahasan keanekaragaman hewan ta.
2002/2003. jurnal Biogenesis Vol. 1(1):9-14, 2004. ISSN : 1829-5460. Program
Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau http//www//biologi-fkip.unri.ac.id/karya_tulis/rosmaini.pdf. diakses pada tanggal 22 Maret
2012.
Yusuf , Yustini dan Natalina , Mariani . 2005. upaya
peningkatan hasil belajar biologi
melalui pembelajaran kooperatif
denga pendekatan struktur di
kelas 17 sltp negeri 20 pekanbaru ”. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan . www/// msalah pendidikan _biologi/ com//0072//doc//., htlm. Diakses tgl 22 Maret 2012
REFLEKSI PEMBUATAN PROPOSAL
Pada
awal membuat rumusan masalah PTK, saya merakan sedikit masalah dalam menmukan
permasalahan, hal ii dikarenakan bayak teman-teman mengangkat masalah yang
sama. Disini kami membahas tentang identifikasi
masalah dan perumusan masalah yang didiskusikan
secara berkelompok tiap kelompok terdiri dari 3 orang mahasiswa yang
dilanjutkan dengan
salingmemberikan masukan untuk rumusan
malasah yang telah dibuat.
Pada pertemuan –
pertemuan selanjutnya dibahas tentang bab – bab dalam proposal dan dilanjutkan dengan penugasan membuat bab
– bab yang dibahas pada pertemuan itu, cara seperti ini sangat efektif dan
sangat membantu mahasiswa dalam memahami cara penyusunan proposal PTK tiap –
tiap bab.
Bagi saya ada suatu kendala dalam
penyusunan proposal PTK ini hal ini disebabkan karena saya baru mengenal
tentang PTK maka penjelasan dari dosen
tentang bab – bab dalam proposal PTK banyak yang tidak bisa saya tangkap
esensinya, saya baru bisa mendapatkan pencerahan yang cukup setelah produk
dibuat dan dipresentasikan di depan kelas dan ditanggapi/dikritisi oleh para
mahasiswa dan dosen,tetapi masalahnya tidak semua pertemuan dapat digunakan
untuk menampilkan bab – bab proposal untuk dipresentasikan sehingga pada bab –
bab yang tidak dipresentasikan itu tidak
bisa saya pahami secara maksimal
terlebih pada bagian metodelogi penelitian
Dalam
penyusun proposal terlebih khusus dalam penyusunan latar belakang masalah dan
penetuan judul penelitian saya banyakmengalamiperubahan,halini dkarenakan
metode yang saya kaji hanya berupa pendekatan saja sehingga di cari kaloborasi
antara pendekatan interaktif dengan metode kooperatif.
Satu hal yang sangat membanggakan
buat saya ketika proposal yang saya buat dikembalikan lengkap dengan catatan – catatan koreksi dari
dosen baik tentang hal – hal yang belum dituangkan dalam proposal sampai pada
tanda baca dan cara menulis kutipan yang benar, dengan catatan – catatan itu
saya menjadi tahu tentang penulisan proposal PTK lebih banyak daripada sebelum
proposal saya dikembalikan.
Tetapi
untuk perubahan latar belakang dan judulpenelitian yang baru saya selesaikan
tidak dapat dikoreksioleh ibu, karena kelalian saya sendiri yang lupa
memberikan kepada ibu Hera.
REFLEKSI AKHIR SEMESTER.
Pada
Mata
workshop Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) diampu oleh Ibu profesor Herawati
Susilo, banyak memberikan informasi-informasi
baru tentang PTK disamping itu juga banyak melatih mahasiswa untuk membuat jurnal kuliah dalam kegiatan pembelajaran. Mahasiswa juga
dilatih membuat analisis kritis artikel
sebagai langkah awal melatih mahasiswa menjadi penulis artikel ilmiah
serta mahasiswa juga dilatih membuat proposal penelitian secara bertahap .
Ilmu pegetahuan tetang PTK
yang disampaikan oleh
Ibu Hera
sangat memberikan mamfaat untuk saya dalam menyesuaikan proposal penelitian.
Bu Hera, sangat paham dengan karakter kami sehingga dalam
workshop berjalan dengan efektif. Dan ibu hera juga banyak memberikan humor berupa
cerita yang bisa menjadi pelajaran dalam
kehidupan baik tentang semangat hidup, semangat berkarya dan lain lain. Saya
memperoleh banyak kata kunci dalam penyusunan PTK dari Bu Hera.
Sebelum saya mengakiri refleksi saya ingi mengucapkan
banyak terimah kasih untuk ibu Hera yang telah membantu menyalur pengetahuan dan
informasi serta cara untuk menemukan metode jitu untuk menyusun proposal dengan
menganalisis kritis artikel kepada kami selama satu semester ini.
PENGECEKAN PORTOFOLIO OLEH DIRI SENDIRI
Portofolio
Anda memenuhi kriteria (+++) = istimewa (vv) = memuaskan
(++)
= sangat bagus (v) = lumayan
(+v)
= bagus (-) = kurang
.......1.
Daftar Isi yang menunjukkan isi portofolio
...... 2. Bukti-bukti yang dengan jelas diberi label sesuai yang
tertulis dalam Daftar isi untuk menunjukkan konteks penyusunannya, respons Anda mengenai hal tersebut, perkembangan diri Anda
sebagai penulis/peneliti, dan penilaian Anda mengenai hal tersebut
...... 3. Pendahuluan yang
menceritakan tentang latar belakang Anda dalam bidang kemampuan melakukan
penelitian dan perkembangan Anda dalam bidang tersebut selama ini.
...... 4. Keterangan
khusus sebagai pengantar untuk suatu bukti tertentu
...... 5. Sejumlah bukti
hasil karya Anda semester ini.
·
Jurnal belajar PTK
·
Analisis kritis artikel 1
·
Analisis kritis artikel 2
·
Analisis kritis artikel 3
·
Analisis kritis artikel 4
·
Analisis kritis artikel 5
·
Analisis kritis artikel 6
·
Sejarah Pengembangan Proposal
Penelitian
Ø Pilihan/rumusan
masalah penelitian
Ø Latar
Belakang penelitian
Ø Kajian
Pustaka
Ø Hipotesis
penelitian
Ø Draft
rancangan penelitian
Ø Draft
instrument penelitian
·
Draft Proposal
akhir (pisahkan dari portofolio)
...... 6. Kerapian
portofolio dan urutan penyajian yang tepat.
...... 7.Ada satu bukti
yang menunjukkan proses penulisan persiapan presentasi lengkap (bonus untuk
yang presentasi)
...... 8. Beberapa bukti
tambahan perlu dimasukkan dan dianalisis karena alasan
·
favorit/sangat menarik/sangat
bermanfaat
·
sangat sulit atau menantang
...... 9. Kualitas keseluruhan dari karya akhir
yang telah disempurnakan:
·
selesai dikembangkan dengan
sempurna
·
menunjukkan bukti
proses/usaha
·
menunjukkan koherensi/organisasi
yang baik
·
kreativitas/keefektifan
rhetorik
·
tata
bahasa, pengetikan
·
Kualitas
keseluruhan hasil refleksi/analisis (dalam pendahuluan umum dan dalam melabel
masing-masing bukti)
...... 10. Nilai
portofolio Anda untuk semester ini
Komentar: (tuliskan dibalik kertas ini)
PENGECEKAN PORTOFOLIO AKHIR SEMESTER OLEH TEMAN
Kelas : ……… Program Studi : ……………….
Nama
Pemilik Portofolio :
_______________________________
Nama Penilai :
_______________________________
Gunakan Lembar
Pengecekan Portofolio ini untuk melakukan pengecekan penyajian dan kelengkapan
portofolio teman Saudara.
Dengan
memeriksa portofolio ini Saudara mendapat kesempatan untuk membandingkan
portofolio Saudara dengan portofolio teman dan membantu saya mengumpulkan data
portofolio kelas ini.
Periksalah
portofolio rekan Saudara itu dan berilah tanda
+ (plus) untuk
tampilan/sajian yang istimewa
v (cek) untuk
tampilan/sajian yang memuaskan
- (minus) untuk tampilan/sajian
yang kurang
0 (nol) kalau
tampilan yang seharusnya ada, tidak ada
Dan
jawablah pertanyaan yang diajukan di tempat yang telah disediakan.
1. ( ) Sampul Depan Portofolio
2. ( ) Kata Pengantar
3. ( ) Daftar Isi
4. ( ) Pendahuluan
5. a.
( ) Identitas Jurnal
b.
( ) Jurnal Belajar
·
Berapa masing-masing entry
untuk
Bulan Januari 2012? __________
Bulan Februari 2012? ________
Bulan Maret 2012? __________
Bulan April 2012? ___________
Bulan Mei 2012?____________
c. ( ) Refleksi Diri tentang jurnal
6. a.
( ) Identitas Naskah Pertama
Analisis Kritis Artikel Jurnal/Internet
b.
( ) Naskah Artikel
c.
( ) Naskah Terjemahan
d.
( ) Hasil Analisis Kritis
e.
( ) Refleksi Hasil Analisis Kritis
7. a.
( ) Identitas Naskah Kedua
Analisis Kritis Artikel Jurnal/Internet
b.
( ) Naskah Internet
c.
( ) Naskah Terjemahan
d.
( ) Hasil Analisis Kritis
e.
( ) Refleksi Hasil Analisis Kritis
8. a.
( ) Identitas Naskah Ketiga
Analisis Kritis Artikel Jurnal/Internet
b.
( ) Naskah Artikel
c.
( ) Naskah Terjemahan
d.
( ) Hasil Analisis Kritis
e.
( ) Refleksi Hasil Analisis Kritis
9. a.
( ) Identitas Naskah Keempat
Analisis Kritis Artikel Jurnal/Internet
b.
( ) Naskah Internet
c.
( ) Naskah Terjemahan
d.
( ) Hasil Analisis Kritis
e.
( ) Refleksi Hasil Analisis Kritis
10. a.
( ) Identitas Naskah Kelima
Analisis Kritis Artikel Jurnal/Internet
b.
( ) Naskah Artikel
c.
( ) Naskah Terjemahan
d.
( ) Hasil Analisis Kritis
e.
( ) Refleksi Hasil Analisis Kritis
11. a. ( ) Identitas Naskah Keenam Analisis
Kritis Artikel Jurnal/Internet
b.
( ) Naskah Internet
c.
( ) Naskah Terjemahan
d.
( ) Hasil Analisis Kritis
e.
( ) Refleksi Hasil Analisis Kritis
12. a. ( ) Identitas Sejarah Penyusunan Proposal
b.
( ) Draft Masalah
c.
( ) Draft Hipotesis
d. ( ) Draft
Latar Belakang Masalah
e. ( ) Draft
Kajian Pustaka
f. ( ) Draft Rancangan Penelitian
g. ( ) Draft
Rancangan Instrumen
h. ( )
Refleksi Diri tentang Penyusunan Proposal
13. ( ) Refleksi
Akhir Semester
14. ( )
Penilaian Portofolio Diri Sendiri
apakah
cukup objektif? _________
Komentar untuk kegiatan
penilaian portofolio ini (tuliskan di sini, bila tidak cukup, lanjutkan di
baliknya).
PENILAIAN PORTOFOLIO AKHIR SEMESTER OLEH DIRI SENDIRI/TEMAN/DOSEN
Kelas : ……… Program Studi : ……………….
Nama
Pemilik Portofolio :
_______________________________
Nama Penilai :
_______________________________
Tanggal :
_______________________________
Berdasarkan
pengecekan penyajian dan kelengkapan portofolio teman Saudara tersebut, berilah
penilaian dengan melingkari angka yang sesuai, dari 1 (0 – 49, sangat
kurang), 2 (50 – 65, kurang), 3 (66 – 74, cukup), 4 (75 – 90, baik) atau 5 (91
– 100, sangat baik) untuk setiap butir di bawah ini dan kalikan dengan bobotnya
untuk memperoleh nilai akhir portofolio.
Untuk Portofolio
Akhir Semester
Bo-bot
|
Nilai
|
Bobot X Nilai
|
||
1.
|
Kata Pengantar
|
5
|
1 2
3 4 5
|
……
|
2.
|
Daftar Isi
|
5
|
1 2
3 4 5
|
……
|
3.
|
Pendahuluan
|
10
|
1 2
3 4 5
|
……
|
4.
|
Jurnal Belajar
|
15
|
1 2
3 4 5
|
……
|
5.
|
Analisis Kritis Artikel I
Jurnal/Internet
|
10
|
1 2
3 4 5
|
……
|
6.
|
Analisis Kritis Artikel II
Jurnal/Internet
|
8
|
1 2
3 4 5
|
……
|
7.
|
Analisis Kritis Artikel III
Jurnal/Internet
|
8
|
1 2
3 4 5
|
……
|
8.
|
Analisis Kritis Artikel IV
Jurnal/Intrnet
|
8
|
1 2
3 4 5
|
……
|
9.
|
Analisis Kritis Artikel V
Jurnal/Internet
|
8
|
1 2
3 4 5
|
……
|
10.
|
Analisis Kritis Artikel VI
Jurnal/Intrnet
|
8
|
1 2
3 4 5
|
……
|
11.
|
Sejarah Perkembangan
Proposal
|
10
|
1 2
3 4 5
|
|
12.
|
Refleksi Akhir Semester
|
5
|
1 2
3 4 5
|
……
|
Total
|
Kesimpulan: Nilai Akhir
Portofolio A
A- B+ B
B- C D
E (lingkari salah satu),
dengan patokan E (100 – 150, sangat kurang sekali), D (151 – 200, sangat kurang), C (201 – 250 kurang),
B- ( 251 – 300, cukup), atau B (301 – 350, agak baik), B+ (351 – 400, baik), A- (401– 450, sangat baik), A (451 – 500, istimewa)
Komentar untuk portofolio
teman Saudara (tuliskan di sini, bila tidak cukup, lanjutkan di baliknya).
Is poker a good deal to spend money when it comes to gambling?
BalasHapusWhen talking about 김해 출장마사지 a poker 여수 출장안마 player, poker is one of the most 광주광역 출장샵 well-loved sports games to ever 동두천 출장샵 be played. With the legalization of video poker and online 태백 출장샵 casino